Kamis, 08 Maret 2012

psikologi

Adaptasi adalah cara bagaimana organisme mengatasi tekanan lingkungan sekitarnya untuk bertahan hidup

Dalam sebuah perjalanan hidup, manusia tentu tidak bisa lepas dari sebuah proses yang dinamakan adaptasi. Secara umum adaptasi diartikan sebagai kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru. Hidup manusia yang selalu dinamis, tidak statis, bisa berubah setiap saat tentu membutuhkan kemampuan adaptasi. Suatu saat manusia akan memasuki sebuah lingkungan baru yang mungkin berbeda dengan lingkungan tempat dia tinggal sebelumnya. Adaptasi membantu manusia untuk menyelaraskan kembali kehidupannya sehingga dapat berjalan sesuai dengan lingkungan yang baru. Perlu diingat di sini bahwa lingkungan adalah segala sesuatu yang bersifat umum dan dapat mempengaruhi kehidupan manusia. Menyesuaikan/mengadaptasikan diri terhadap perubahan dan kondisi lingkungan yang baru, akan menjadi issue penting lain yang haruss dicermati dengan baik.

1. Adaptasi Morfologi

Adaptasi morfologi adalah penyesuaian bentuk tubuh. Struktur tubuh. atau alat-alattubuh organisme terhaclap lingkungannya.

Sehingga kita mudah dapat mengamati adaptasimorfologi karena perubahan yang terjadi merupakan perubahan bentuk luar. Contoh adaptasi morfologi adalah sebagai beriku

Ø Adaptasi morfologi pada hewan

Contoh adaptasi morfologi pada hewan, antara lain sebagai berikut :

o Gigi-gigi khusus

Gigi hewan karnivora atau pemakan daging beradaptasi menjadi empat gigi taring besar dan runcing untuk menangkap mangsa, serta gigi geraham dengan ujung pemotongyang tajam untuk mencabik-cabik mangsanya.

o Moncong

Trenggiling besar adalah hewan menyusui yang hidup di hutan rimba AmerikaTengah dan Selatan. Makanan trenggiling adalah semut, rayap, dan serangga lain yangmerayap. Hewan ini mempunyai moncong panjang dengan ujung mulut kecil tak bergigidengan lubang berbentuk celah kecil untuk mengisap semut dari sarangnya. Hewan inimempunyai lidah panjang dan bergetah yangdapat dijulurkan jauh keluar mulut untuk menangkapserangga.

o ParuhElang memiliki paruh yang kuat dengan rahang atas yang melengkung dan ujungnyatajam. Fungsi paruh untuk mencengkeram korbannya

2. Adaptasi Fisiologi

Adaptasi fisiologi adalah penyesuaian yang dipengaruhi oleh lingkungan sekitar yang menyebabkan adanya penyesuaian pada alat-alat tubuh untuk mempertahankan hidup dengan baik.

  • Adaptasi Fisiologi pada Manusia
  1. Jumlah sel darah merah orang yang tinggal di pegunungan lebih banyak jika dibandingkan dengan orang yang tinggal di pantai/dataran rendah.
  2. Ukuran jantung para atlet rata-rata lebih besar dari pada ukuran jantung orang kebanyakan.
  3. Pada saat udara dingin, orang cenderung lebih banyak mengeluarkan urine (air seni).
  • Adaptasi Fisiologi pada Hewan

Berdasarkan jenis makanannya, hewan dapat dibedakan menjadi karnivor (pemakan daging). herbivor memakan tumbuhan), serta omnivor (pemakan daging dan turnbuhan). Penyesuaian hewan-hewan tersebut terhadap jenis makanannya. antara lain terdapat pada ukuran (panjang) usus dan enzim pencernaan yang berbeda. Untuk mencerna tumbuhan yang umumnya mempunyai sel-sel berdinding sel keras, rata-rata usus herbrvor lebih panjang daripada usus karnivor:

  • Adaptasi Fisiologi pada Tumbuhan
  1. Tumbuhan yang penyerbukannya dibantu oleh serangga mempunyai bunga yang berbau khas.
  2. Tumbuhan tertentu menghasilkan zat khusus yang dapat menghambat pertumbuhan tumbuhan lain atau melindungi diri terhadap herbivor. Misalnya. semak azalea di Jepang menghasilkan bahan kimia beracun sehingga ru

3. Adaptasi Tingkah Laku

Adaptasi tingkah laku adalah penyesuaian mahkluk hidup pada tingkah laku perilaku terhadap lingkungannya

Tahap-Tahap Proses Adaptasi

A. Adaptif

Setiap manusia tentu menginginkan agar hidupnya eksis. Untuk dapat hidup eksis ia harus senantiasa beradaptasi (menyesuaikan diri) dengan lingkungan. Dengan penyesuaian diri ia akan mengalami perubahan-perubahan kearah yang lebih maju (modern). Sebagai makhluk hidup, manusia memiliki daya upaya untuk dapat menyesuaikan diri, baik secara aktif maupun pasif. Seseorang aktif melakukan penyesuaian diri bila terganggu keseimbangannya, yaitu antara kebutuhan dan pemenuhan. Untuk itu ia akan merespon dari tidak seimbang menjadi seimbang. Bentuk ketidakseimbangan yang dapat muncul yaitu: bimbang/ragu, gelisah, cemas, kecewa, frustasi, pertentangan (conflict), dsb. Penyesuaian diri seseorang dengan lingkungannya dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain: jenis kelamin, umur, motivasi, pengalam, serta kemampuan dalam mengatasi masalah. Dua bentuk ketidakseimbangan yang perlu mendapat perhatian yaitu Frustasi dan konflik.

a. Frustasi

Ada beberapa faktor penyebab frustasi. Pada umumnya frustasi dapat disebabkan karena:

Ø Tertundanya pencapaian tujuan seseorang untuk sementara, atau untuk waktu yang tidak menentu.

Ø Sesuatu yang menghambat apa yang sedang dilakukan.

Faktor penghambat dapat dibedakan menjadi 2 yaitu faktor interen dan faktor eksteren.

1. Faktor interen yaitu semua faktor yang berasal dari dalam diri seseorang, yang dapat berpengaruh positif atau negatif. Contoh faktor interen yaitu keadaan jasmani dan rohani.

2. faktor eksteren yaitu semua faktor yang berasal dari luar dirinya, yang dapat berpengaruh positif atau negatif. Faktor eksteren terbagi lagi menjadi tiga yaitu dari lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.

b. Konflik

Konflik (pertentangan) dapat muncul apabila terjadi ketidakseimbangan dalam diri individu. Salah satu contoh: ‘Seseorang dihadapkan pada beberapa pilihan yang harus dipilih satu, atau beberapa diantaranya’. Seseorang yang mengalami konflik dan tidak segera diatasi, dapat menimbulkan gangguan perilaku. Beberapa contoh lain untuk situasi konflik adalah sebagai berikut.

Ø Approach-approach : Berhadapan dengan 2 pilihan yang menarik.

Ø Avoidance-avoidance : Berhadapan dengan 2 pilihan yang tidak diinginkan.

Ø Approach-avoidance : Satu pilihan menyenangkan dan satu pilihan tidak menyenangkan.

Ø Double approach avoidance conflict : banyak konflik, dan sebagainya

Dalam menghadapi frustasi dan/atau konflik, seseorang hendaknya memiliki kemampuan (kecakapan) untuk menganalisis setiap stimulus. Dengan kecakapan yang dimiliki ia akan dapat menyelesaikan masalahnya. Analisis dapat dilakukan secara bertahap, mulai dari yang sangat sederhana (ringan) menuju yang kompleks (berat). Dengan demikian secara bertahap pula akan ditemukan keseimbangan. Hal ini dapat dilakukan dengan penuh kesabaran. Frustasi dan/atau konflik dapat diseimbangkan dengan berbagai cara. Trial and error (mencoba dan salah) merupakan salah satu cara yang dapat membentuk ‘kebiasaan’ dan ‘mekanisme’. Ada bermacam-macam mekanisme penyesuaian yang dapat dijadikan rambu-rambu sebagai berikut.

A. Agresi: yaitu menyerang obyek frustasi untuk mendapatkan kepuasan

B. Menarik diri: yaitu menarik atau undur diri dari permasalahan.

C. Mimpi siang hari: yaitu untuk mencapai kepuasan dengan berkhayal.

D. Regresi: merupakan reaksi terhadap frustasi dan nampak pada anak-anak.

E. Rasionalisasi: yaitu pembebasan atas suatu perilaku, bisa disebabkan oleh alasan yang sebenarnya dari perilaku itu tidak diterima oleh masyarakat. Bentuk rasionalisasi: Sougrapes, sweet lemon, kambing hitam.

F. Represi: situasi yang menimbulkan rasa bersalah ketakutan dsb. Lebih baik dilupakan

G. Identifikasi: mendapatkan rasa harga diri dengan menempatkan diri pada tokoh yang dikagumi. Identifikasi dapat terjadi pada kelompok/lembaga yang bisa menjadi kebanggaannya, dapat juga di sekolah-sekolah.

H. Konpensasi: konpensasi dapat bersifat positif atau negatif.

I. Reaksi konversi: karena terjadi konversi ketegangan emosi kesan dari psikologis. Seseorang yang tidak bisa mengatasi konfliknya mencoba mengatasi dengan sakit kepala, sakit perut, dll.

B. Maladaptif

Para ahli dapat memberikan definisi perilaku abnormal berdasarkan hal-hal yang menyimpangaik secara statistik maupun norma sosiaI. Kriteria terpenting adalah bagaimana perilaku tersebut berpengaruh pada pribadi seseorang dan/atau kelompok. Oleh karena itu prilaku abnormal kemudian disebut perilaku mal adaptif (tidak dapat menyesuaikan diri dengan keadaan), yang memiliki dampak yang merugikan dan membahayakan orang lain atau masyarakat.

Maladaptif adalah gangguan dengan berbagai tingkat keparahan (Stuart dan Sundeen, 1998). Mal adaptif terdiri dari manipulasi, impulsif dan narkisisme. sosial diatas, menarik diri termasuk dalam transisi antara respon adaptif dengan maladaptif sehingga individu cenderung berfikir ke arah negatif. Berbagai faktor dapat menimbulkan respon yang maladaptif. Menurut Stuart dan Sundeen (1998), belum ada suatu kesimpulan yang spesifik tentang penyebab gangguan yang mempengaruhi hubungan interpersonal.Faktor yang mungkin mempengaruhi antara lain :

ü Faktor pencetus

1. Faktor perkembangan

Sistem keluarga yang terganggu dapat menunjang perkembangan
respon sosial yang maladaptif. Beberapa orang percaya bahwa individu
yang mempunyai masalah ini adalah orang yang tidak berhasil memisahkan
diri dari orang tua. Norma keluarga mungkin tidak mendukung hubungan
keluarga dengan pihak lain di luar keluarga. Keluarga seringkali mempunyai
peran yang tidak jelas. Orang tua pecandu alkohol dan penganiaya anak
juga dapat mempengaruhi seseorang berespons sosial maladaptif.
Organisasi anggota keluarga bekerjasama dengan tenaga profesional untuk
mengembangkan gambaran yang lebih tepat tentang hubungan antara
kelainan jiwa dan stress keluarga. Pendekatan kolaboratif sewajarnya
mengurangi menyalahkan keluarga oleh tenaga profesional.

2. Faktor Biologis

Faktor genetik juga dapat menunjang terhadap respons sosial
maladaptif. Ada bukti terdahulu tentang terlibatnya neurotransmiter dalam
perkembangan gangguan ini, namun masih tetap diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai kebenaran keterlibatan neurotransmiter.

3. Faktor sosiokultural Isolasi sosial merupakan faktor dalam gangguan berhubungan. Ini akibat dari norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap orang lain atau tidak menghargai anggota masyarakat yang tidak produktif, seperti lansia, orang cacat, dan berpenyakit kronik. Isolasi dapat terjadi karena mengadopsi norma, perilaku, dan sistem nilai yang berbeda dari kelompok budaya mayoritas. Harapan yang tidak realistik terhadap hubungan merupakan faktor lain yang berkaitan dengan gangguan ini.

Karekteristik dari perilaku maladaptif adalah:

a. Manipulasi

Orang lain diperlakukan seperti objek, hubungan terpusat pada masalah pengendalian, berorientasi pada diri sendiri atau pada tujuan, bukan berorientasi pada orang lain.

b. Impulsif

Tidak mampu merencanakan sesuatu, tidak mampu belajar dari pengalaman, penilaian yang buruk, tidak dapat diandalkan.

c. Narkisisme

Harga diri yang rapuh secara terusmenerus berusaha mendapatkanpenghargaan dan pujian, sikap egoisentris, pencemburuan, marah jika orang lain tidak mendukung.

Beberapa petunjuk yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya maladaptif:

a. Sensitif terhadap kritik: Individu tidak bias merespon secara positif terhadap koreksi, juga tidak dapat mengkritisi diri sendiri.

b. Tidak mampu kompetisi: Individu hanya mau berkompetisi dengan kawan yang jelas dapat dikalahkan.

psikologi

Adaptasi adalah cara bagaimana organisme mengatasi tekanan lingkungan sekitarnya untuk bertahan hidup

Dalam sebuah perjalanan hidup, manusia tentu tidak bisa lepas dari sebuah proses yang dinamakan adaptasi. Secara umum adaptasi diartikan sebagai kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru. Hidup manusia yang selalu dinamis, tidak statis, bisa berubah setiap saat tentu membutuhkan kemampuan adaptasi. Suatu saat manusia akan memasuki sebuah lingkungan baru yang mungkin berbeda dengan lingkungan tempat dia tinggal sebelumnya. Adaptasi membantu manusia untuk menyelaraskan kembali kehidupannya sehingga dapat berjalan sesuai dengan lingkungan yang baru. Perlu diingat di sini bahwa lingkungan adalah segala sesuatu yang bersifat umum dan dapat mempengaruhi kehidupan manusia. Menyesuaikan/mengadaptasikan diri terhadap perubahan dan kondisi lingkungan yang baru, akan menjadi issue penting lain yang haruss dicermati dengan baik.

1. Adaptasi Morfologi

Adaptasi morfologi adalah penyesuaian bentuk tubuh. Struktur tubuh. atau alat-alattubuh organisme terhaclap lingkungannya.

Sehingga kita mudah dapat mengamati adaptasimorfologi karena perubahan yang terjadi merupakan perubahan bentuk luar. Contoh adaptasi morfologi adalah sebagai beriku

Ø Adaptasi morfologi pada hewan

Contoh adaptasi morfologi pada hewan, antara lain sebagai berikut :

o Gigi-gigi khusus

Gigi hewan karnivora atau pemakan daging beradaptasi menjadi empat gigi taring besar dan runcing untuk menangkap mangsa, serta gigi geraham dengan ujung pemotongyang tajam untuk mencabik-cabik mangsanya.

o Moncong

Trenggiling besar adalah hewan menyusui yang hidup di hutan rimba AmerikaTengah dan Selatan. Makanan trenggiling adalah semut, rayap, dan serangga lain yangmerayap. Hewan ini mempunyai moncong panjang dengan ujung mulut kecil tak bergigidengan lubang berbentuk celah kecil untuk mengisap semut dari sarangnya. Hewan inimempunyai lidah panjang dan bergetah yangdapat dijulurkan jauh keluar mulut untuk menangkapserangga.

o ParuhElang memiliki paruh yang kuat dengan rahang atas yang melengkung dan ujungnyatajam. Fungsi paruh untuk mencengkeram korbannya

2. Adaptasi Fisiologi

Adaptasi fisiologi adalah penyesuaian yang dipengaruhi oleh lingkungan sekitar yang menyebabkan adanya penyesuaian pada alat-alat tubuh untuk mempertahankan hidup dengan baik.

  • Adaptasi Fisiologi pada Manusia
  1. Jumlah sel darah merah orang yang tinggal di pegunungan lebih banyak jika dibandingkan dengan orang yang tinggal di pantai/dataran rendah.
  2. Ukuran jantung para atlet rata-rata lebih besar dari pada ukuran jantung orang kebanyakan.
  3. Pada saat udara dingin, orang cenderung lebih banyak mengeluarkan urine (air seni).
  • Adaptasi Fisiologi pada Hewan

Berdasarkan jenis makanannya, hewan dapat dibedakan menjadi karnivor (pemakan daging). herbivor memakan tumbuhan), serta omnivor (pemakan daging dan turnbuhan). Penyesuaian hewan-hewan tersebut terhadap jenis makanannya. antara lain terdapat pada ukuran (panjang) usus dan enzim pencernaan yang berbeda. Untuk mencerna tumbuhan yang umumnya mempunyai sel-sel berdinding sel keras, rata-rata usus herbrvor lebih panjang daripada usus karnivor:

  • Adaptasi Fisiologi pada Tumbuhan
  1. Tumbuhan yang penyerbukannya dibantu oleh serangga mempunyai bunga yang berbau khas.
  2. Tumbuhan tertentu menghasilkan zat khusus yang dapat menghambat pertumbuhan tumbuhan lain atau melindungi diri terhadap herbivor. Misalnya. semak azalea di Jepang menghasilkan bahan kimia beracun sehingga ru

3. Adaptasi Tingkah Laku

Adaptasi tingkah laku adalah penyesuaian mahkluk hidup pada tingkah laku perilaku terhadap lingkungannya

Tahap-Tahap Proses Adaptasi

A. Adaptif

Setiap manusia tentu menginginkan agar hidupnya eksis. Untuk dapat hidup eksis ia harus senantiasa beradaptasi (menyesuaikan diri) dengan lingkungan. Dengan penyesuaian diri ia akan mengalami perubahan-perubahan kearah yang lebih maju (modern). Sebagai makhluk hidup, manusia memiliki daya upaya untuk dapat menyesuaikan diri, baik secara aktif maupun pasif. Seseorang aktif melakukan penyesuaian diri bila terganggu keseimbangannya, yaitu antara kebutuhan dan pemenuhan. Untuk itu ia akan merespon dari tidak seimbang menjadi seimbang. Bentuk ketidakseimbangan yang dapat muncul yaitu: bimbang/ragu, gelisah, cemas, kecewa, frustasi, pertentangan (conflict), dsb. Penyesuaian diri seseorang dengan lingkungannya dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain: jenis kelamin, umur, motivasi, pengalam, serta kemampuan dalam mengatasi masalah. Dua bentuk ketidakseimbangan yang perlu mendapat perhatian yaitu Frustasi dan konflik.

a. Frustasi

Ada beberapa faktor penyebab frustasi. Pada umumnya frustasi dapat disebabkan karena:

Ø Tertundanya pencapaian tujuan seseorang untuk sementara, atau untuk waktu yang tidak menentu.

Ø Sesuatu yang menghambat apa yang sedang dilakukan.

Faktor penghambat dapat dibedakan menjadi 2 yaitu faktor interen dan faktor eksteren.

1. Faktor interen yaitu semua faktor yang berasal dari dalam diri seseorang, yang dapat berpengaruh positif atau negatif. Contoh faktor interen yaitu keadaan jasmani dan rohani.

2. faktor eksteren yaitu semua faktor yang berasal dari luar dirinya, yang dapat berpengaruh positif atau negatif. Faktor eksteren terbagi lagi menjadi tiga yaitu dari lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.

b. Konflik

Konflik (pertentangan) dapat muncul apabila terjadi ketidakseimbangan dalam diri individu. Salah satu contoh: ‘Seseorang dihadapkan pada beberapa pilihan yang harus dipilih satu, atau beberapa diantaranya’. Seseorang yang mengalami konflik dan tidak segera diatasi, dapat menimbulkan gangguan perilaku. Beberapa contoh lain untuk situasi konflik adalah sebagai berikut.

Ø Approach-approach : Berhadapan dengan 2 pilihan yang menarik.

Ø Avoidance-avoidance : Berhadapan dengan 2 pilihan yang tidak diinginkan.

Ø Approach-avoidance : Satu pilihan menyenangkan dan satu pilihan tidak menyenangkan.

Ø Double approach avoidance conflict : banyak konflik, dan sebagainya

Dalam menghadapi frustasi dan/atau konflik, seseorang hendaknya memiliki kemampuan (kecakapan) untuk menganalisis setiap stimulus. Dengan kecakapan yang dimiliki ia akan dapat menyelesaikan masalahnya. Analisis dapat dilakukan secara bertahap, mulai dari yang sangat sederhana (ringan) menuju yang kompleks (berat). Dengan demikian secara bertahap pula akan ditemukan keseimbangan. Hal ini dapat dilakukan dengan penuh kesabaran. Frustasi dan/atau konflik dapat diseimbangkan dengan berbagai cara. Trial and error (mencoba dan salah) merupakan salah satu cara yang dapat membentuk ‘kebiasaan’ dan ‘mekanisme’. Ada bermacam-macam mekanisme penyesuaian yang dapat dijadikan rambu-rambu sebagai berikut.

A. Agresi: yaitu menyerang obyek frustasi untuk mendapatkan kepuasan

B. Menarik diri: yaitu menarik atau undur diri dari permasalahan.

C. Mimpi siang hari: yaitu untuk mencapai kepuasan dengan berkhayal.

D. Regresi: merupakan reaksi terhadap frustasi dan nampak pada anak-anak.

E. Rasionalisasi: yaitu pembebasan atas suatu perilaku, bisa disebabkan oleh alasan yang sebenarnya dari perilaku itu tidak diterima oleh masyarakat. Bentuk rasionalisasi: Sougrapes, sweet lemon, kambing hitam.

F. Represi: situasi yang menimbulkan rasa bersalah ketakutan dsb. Lebih baik dilupakan

G. Identifikasi: mendapatkan rasa harga diri dengan menempatkan diri pada tokoh yang dikagumi. Identifikasi dapat terjadi pada kelompok/lembaga yang bisa menjadi kebanggaannya, dapat juga di sekolah-sekolah.

H. Konpensasi: konpensasi dapat bersifat positif atau negatif.

I. Reaksi konversi: karena terjadi konversi ketegangan emosi kesan dari psikologis. Seseorang yang tidak bisa mengatasi konfliknya mencoba mengatasi dengan sakit kepala, sakit perut, dll.

B. Maladaptif

Para ahli dapat memberikan definisi perilaku abnormal berdasarkan hal-hal yang menyimpangaik secara statistik maupun norma sosiaI. Kriteria terpenting adalah bagaimana perilaku tersebut berpengaruh pada pribadi seseorang dan/atau kelompok. Oleh karena itu prilaku abnormal kemudian disebut perilaku mal adaptif (tidak dapat menyesuaikan diri dengan keadaan), yang memiliki dampak yang merugikan dan membahayakan orang lain atau masyarakat.

Maladaptif adalah gangguan dengan berbagai tingkat keparahan (Stuart dan Sundeen, 1998). Mal adaptif terdiri dari manipulasi, impulsif dan narkisisme. sosial diatas, menarik diri termasuk dalam transisi antara respon adaptif dengan maladaptif sehingga individu cenderung berfikir ke arah negatif. Berbagai faktor dapat menimbulkan respon yang maladaptif. Menurut Stuart dan Sundeen (1998), belum ada suatu kesimpulan yang spesifik tentang penyebab gangguan yang mempengaruhi hubungan interpersonal.Faktor yang mungkin mempengaruhi antara lain :

ü Faktor pencetus

1. Faktor perkembangan

Sistem keluarga yang terganggu dapat menunjang perkembangan
respon sosial yang maladaptif. Beberapa orang percaya bahwa individu
yang mempunyai masalah ini adalah orang yang tidak berhasil memisahkan
diri dari orang tua. Norma keluarga mungkin tidak mendukung hubungan
keluarga dengan pihak lain di luar keluarga. Keluarga seringkali mempunyai
peran yang tidak jelas. Orang tua pecandu alkohol dan penganiaya anak
juga dapat mempengaruhi seseorang berespons sosial maladaptif.
Organisasi anggota keluarga bekerjasama dengan tenaga profesional untuk
mengembangkan gambaran yang lebih tepat tentang hubungan antara
kelainan jiwa dan stress keluarga. Pendekatan kolaboratif sewajarnya
mengurangi menyalahkan keluarga oleh tenaga profesional.

2. Faktor Biologis

Faktor genetik juga dapat menunjang terhadap respons sosial
maladaptif. Ada bukti terdahulu tentang terlibatnya neurotransmiter dalam
perkembangan gangguan ini, namun masih tetap diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai kebenaran keterlibatan neurotransmiter.

3. Faktor sosiokultural Isolasi sosial merupakan faktor dalam gangguan berhubungan. Ini akibat dari norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap orang lain atau tidak menghargai anggota masyarakat yang tidak produktif, seperti lansia, orang cacat, dan berpenyakit kronik. Isolasi dapat terjadi karena mengadopsi norma, perilaku, dan sistem nilai yang berbeda dari kelompok budaya mayoritas. Harapan yang tidak realistik terhadap hubungan merupakan faktor lain yang berkaitan dengan gangguan ini.

Karekteristik dari perilaku maladaptif adalah:

a. Manipulasi

Orang lain diperlakukan seperti objek, hubungan terpusat pada masalah pengendalian, berorientasi pada diri sendiri atau pada tujuan, bukan berorientasi pada orang lain.

b. Impulsif

Tidak mampu merencanakan sesuatu, tidak mampu belajar dari pengalaman, penilaian yang buruk, tidak dapat diandalkan.

c. Narkisisme

Harga diri yang rapuh secara terusmenerus berusaha mendapatkanpenghargaan dan pujian, sikap egoisentris, pencemburuan, marah jika orang lain tidak mendukung.

Beberapa petunjuk yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya maladaptif:

a. Sensitif terhadap kritik: Individu tidak bias merespon secara positif terhadap koreksi, juga tidak dapat mengkritisi diri sendiri.

b. Tidak mampu kompetisi: Individu hanya mau berkompetisi dengan kawan yang jelas dapat dikalahkan.