KATA PENGANTAR
Puji
syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta
hidayah-Nya sehingga penyusunan makalah
ini dapat diselesaikan
Makalah ini disusun untuk diajukan sebagai tugas mata kuliah dengan judul “Melaksanakan
Asuhan Kebidanan Pada Kala III ( Persalinan)
”
Terima
kasih disampaikan kepada Bapak dosen mata yang telah membimbing dan memberikan
kuliah demi lancarnya tugas ini.
Demikianlah
makalah ini disusun semoga bermanfaat, agar dapat memenuhi tugas mata kuliah
Palu
8 september 2012
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar ........................................................................................... i
Daftar Isi ........................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG ....................................................... 1
B. TUJUAN ................................................................... 1
BABII PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN ................................................................... 2
B. MEMBERIKAN
ASUHAN PADA IBU BERSALIN KALA III ............................................................................... 2
C. MANAJEMEN
AKTIF KALA III
..................................
5
D.
PEMERIKSAAN PADA KALA III ............................... 5
E.
PEMAMTAUAN KALA III ........................................... 6
F.
KEBUTUHAN IBU PADA KALA III
............................. 2
G.
PENDOKUMENTASIAN PADA KALA III
MENURUT VARNEY ...................................................................
7
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN ................................................................... 9
B. SARAN ............................................................................... 9
DAFTAR
PUSTAKA ............................................................................. 10
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Persalinan merupakan hal yang paling
ditunggu-tunggu oleh para ibu hamil, sebuah waktu yang menyenangkan namun di
sisi lain merupakan hal yang paling mendebarkan. Persalinan terasa akan
menyenangkan karena si kecil yang selama sembilan bulan bersembunyi di dalam
perut anda akan muncul terlahir ke dunia. Di sisi lain persalinan juga menjadi
mendebarkan khususnya bagi calon ibu baru, dimana terbayang proses persalinan
yang menyakitkan, mengeluarkan energi yang begitu banyak, dan sebuah perjuangan
yang cukup melelahkan.
Ada baiknya para calon ibu mengetahui proses atau tahapan
persalinan seperti apa, sehingga para calon ibu dapat mempersiapkan segala
halnya guna menghadapi proses persalinannya.
Proses persalinan terbagi ke dalam empat tahap, yaitu
:
1. kala I;
Tahap Pembukaan
2.
Kala II; Tahap Pengeluaran Bayi
3.
Kala III; Tahap
Pengeluaran Plasenta
4.
Kala IV; Tahap
Pengawasan
Pada makalah ini kami hanya membahas tentang kala III yakni
tahap pengeruaran plasenta
B.
Tujuan
Untuk
mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan
kala III yakni tahap pengeluara plasenta
BAB
II
PEMBAHASAN
H.
Pengertian
1.
Kala III merupakan
tahap ketiga persalinan yang berlangsung sejak bayi lahir sampai plasenta
lahir.
2.
Persalinan kala tiga
dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput
ketuban.
I.
Memberikan
Asuhan Pada Ibu Bersalin Kala III
1. Fisiologi
Kala III
Dimulai segera setelah bayi sampai
lahirnya plasenta yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Setelah bayi
lahir uterus teraba keras dengan fundus uteri agak diatas pusat beberapa menit
kemudian uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta dari dindingnya.
Biasanya plasenta lepas dalam 6 menit – 15 menit setelah bayi lahir dan keluar
spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri. Pengeluaran plasenta, disertai
dengan pengeluaran darah. Komplikasi yang dapat timbul pada kala II adalah
perdarahan akibat atonia uteri, ratensio plasenta, perlukaan jalan lahir, tanda
gejala tali pusat.
Tempat implantasi plasenta mengalami
pengerutan akibat pengosongan kavum uteri dan kontraksi lanjutan sehingga
plasenta dilepaskan dari perlekatannya dan pengumpulan darah pada ruang
utero-plasenter akan mendorong plasenta keluar.
Otot uterus (miometrium) berkontraksi
mengikuti penyusutan volume ronnga uterus setelah lahirnya bayi. Penyusutan
ukuran ini menyebabkan berkurangnya ukuran tempat perlekatan plasenta karena
tempat perlekatan menjadi semakin kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak
berubah maka plasenta akan terlipat, menebal dan kemudian lepas, plasenta akan
turun ke bagian bawah uterus atau kedalam vagina (Depkes RI 2007).
Pada
kala III, otot uterus (miometrium) berkontraksi mengikuti penyusutan volume
rongga uterus setelah lahirnya bayi. Penyusutan ukuran ini menyebabkan
berkurangnya ukuran tempat perlekatan plasenta. Karena tempat perlekatan
menjadi semkin kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubah maka pasenta akan
terlipat, menebal dan kemudian lepas dari dinding uterus. Setelah lepas, plasenta
akan turun ke bagian bawah uterus atau ke dalam vagina.
Setelah janin lahir, uterus mengadakan kontraksi yang mengakibatkan penciutan permukaan kavum uteri, tempat implantassi plasenta. Akibatnya, plasenta akan lepas dari tempat implantasinya.
Setelah janin lahir, uterus mengadakan kontraksi yang mengakibatkan penciutan permukaan kavum uteri, tempat implantassi plasenta. Akibatnya, plasenta akan lepas dari tempat implantasinya.
1. Mekanisme
pelepasan plasenta
a. Cara-cara Pelepasan
Plasenta :
1. Metode Ekspulsi Schultze
Pelepasan
ini dapat dimulai dari tengah (sentral) atau dari pinggir plasenta. Ditandai
oleh makin panjang keluarnya tali pusat dari vagina (tanda ini dikemukakan oleh
Ahfled) tanpa adanya perdarahan per vaginam. Lebih besar kemungkinannya terjadi
pada plasenta yang melekat di fundus.
2. Metode Ekspulsi
Matthew-Duncan
Ditandai
oleh adanya perdarahan dari vagina apabila plasenta mulai terlepas. Umumnya
perdarahan tidak melebihi 400 ml. Bila lebih hal ini patologik.Lebih besar
kemungkinan pada implantasi lateral.
Apabila
plasenta lahir, umumnya otot-otot uterus segera berkontraksi, pembuluh-pembuluh
darah akan terjepit, dan perdarahan segera berhenti. Pada keadaan normal akan
lahir spontan dalam waktu lebih kurang 6 menit setelah anak lahir lengkap.
b. Tanda – tanda pelepasan
plasenta.
Adapun tanda – tanda
pelepasan plasenta yaitu :
1. Perubahan bentuk dan
tinggi fundus.
Setelah
bayi lahir dan sebelum miometrium mulai berkontraksi, uterus berbentuk bulat
penuh dan tinggi fundus biasanya di bawah pusat. Setelah uterus berkontraksi
dan plasenta terdorong ke bawah, uterus berbentuk segitiga atau seperti buah
pear atau alpukat dan fundus berada di atas pusat.
2. Tali pusat memanjang.
Tali
pusat terlihat menjulur keluar melalui vulva.
3. Semburan darah mendadak
dan singkat.
Darah
yang terkumpul di belakang plasenta akan membantu mendorong plasenta keluar di
bantu oleh gaya gravitasi. Apabila kumpulan darah (retroplasental pooling)
dalam ruang di antara dinding uterus dan permukaan dalam plasenta melebihi
kapasitas tampungnya maka darah tersembur keluar dari tepi plasenta yang
terlepas. Tanda ini kadang – kadang terlihat dalam waktu satu menit setelah
bayi lahir dan biasanya dalam 5 menit.
2. Pengawasan
Perdarahan
Empat prasat yang dapat dilakukan adalah sebagai
berikut
a. Prasat
Kustner
Tangan kanan
meregangkan atau menarik sedikit tali pusat. Tangan kiri menekan daerah di atas
simfisis. Bila tali pusat ini masuk kembali ke dalam vagina, berarti plasenta
belum lepas dari dinding uterus. Bila tetap atau tidak masuk kembali ke dalam
vagina, berarti plasenta lepas dari dinding uterus. Prasat ini hendaknya
dilakukan secara hati-hati. Apabila hanya sebagian plasenta terlepas,
perdarahan banyak akan dapat terjadi.
b.
Prasat Strassman
Perasat ini
dilakukan dengan mengetok-ngetok fundus uterus dengan tangan kiri dan tangan
kanan meregangkan tali pusat sambil merasakan apakah ada getaran yang
ditimbulkan dari gerakan tangan kiri, jika terasa ada getaran berarti plasenta
sudah lepas.
c.
Prasat Klien
Untuk
melakukan perasat ini, minta pasien untuk meneran, jika tali pusat tampak turun
atau bertambah panjang berarti plasenta telah lepas, begitu juga sebaliknya.
d.
Prasat Manuaba
Tangan kiri
memegang uterus pada segmen bawah rahim, sedangkan tangan kanan memegang dan
mengencangkan tali pusat. Kedua tangan ditarik berlawan.
J.
Manajemen
Aktif Kala III
Manajemen aktif III: Mengupayakan kontraksi yang adekuat dari
uterus dan mempersingkat waktu kala III, mengurangi jumlah kehilangan darah, menurunkan
angka kejadian retensio plasenta.
Tiga langkah utama manajemen aktif kala
III: Pemberian oksitosin/uterotonika segera mungkin, melakukan penegangan tali
pusat terkendali(PTT), Rangsangan taktil pada dinding uterus atau fundus uteri.
Penegangan tali pusat terkendali:
Berdiri disamping ibu, pindahkan
jepitan semula tali pusat ketitik 5-20 cm dari vulva dan pegang klem penjepit
tersebut, lrtakan telapak tangan ( alas dengan kain ) yang lain, pada segmen
bawah rahim atau diding uterus dan suprasimpisis, pada saat terjadi kontraksi,
tegangkan tali pusat sambil tekan tali uterus ke dorsokranial, ulangi kembali
perasat ini bila plasenta belum dapat dilahirkan ( jangan dilakukan pemaksaan
).
K. Pemeriksaan Pada Kala III
a.
Pemeriksaan
Plasenta,Selaput Ketuban dan Tali Pusat
1.
Plasenta
Pastikan
bahwa seluruh plasenta telah lahir lengkap dengan memeriksa jumlah kotiledonnya
(rata-rata 20 kotiledon). Periksa dengan seksama pada bagian pinggir plasenta
apakah kemungkinan masih ada hubungan dengan plasenta lain (plasenta
suksenturiata.
Amati apakah
ada bagian tertentu yang seperti tertinggal atau tidak utuh, jika kemungkinan
itu ada maka segera lakukan eksplorasi untuk membersihkan sisa plasenta.
2.
Selaput Ketuban
Setelah
plasenta lahir, periksa kelengkapan selaput ketuban untuk memastikan tidak ada
bagian yang tertinggal di dalam uterus. Caranya dengan meletakkan plasenta di
atas bagian yang datar dan pertemukan setiap tepi selaput ketuban sambil
mengamati apakah ada tanda-tanda robekan dari tepi selaput ketuban.
Jika ditemukan
kemungkinan ada bagian yang robek, maka segera lakukan eksplorasi uterus untuk
mengeluarkan sisa selaput ketuban karena sisa selaput ketuban atau bagian
plasenta yang tertinggal di dalam uterus akan menyebabkan perdarahan dan
infeksi.
3.
Tali Pusat
Setelah
plasenta lahir, periksa mengenai data yang berhubungan dengan tali pusat.
a. Panjang tali
pusat
b. Bentuk tali pusat (besar,kecil, atau
terpilin-piliin)
c. Insersio tali pusat
d. Jumlah vena
dan arteri pada tali pusat
e. Adakah
lilitan tali pusat
L. PEMAMTAUAN KALA III
1.
Kontraksi
Pemantauan
kontraksi pada kala III dilakukan selama melakukan manejemen aktif kala III
(ketika PTT), sampai dengan sesaat setelah plasenta lahir. Pemantauan kontraksi
dilanjutkan selama satu jam berikutnya dalam kala 1V.
2.
Robekan Jalan Lahir dan Perineum
Selama
melakukan PTT ketika tidak ada kontraksi, bidan melakukan pengkajian terhadap
robekan jalan lahir dan perineum. Pengkajian ini dilakukan seawal mungkin
sehingga bidan segera menentukan derajat robekan dan teknik jahitan yang tepat
yang akan digunakan sesuai kondisi pasien. Bidan memastikan apakah jumlah darah
yang keluar adalah akibat robekan jalan lahir atau karena pelepasan plasenta.
3.
Hygiene
Menjaga
kebersihan tubuh pasien terutama di daerah genitalia sangat penting dilakukan
untuk mengurangi kemungkinan kontaminasi terhadap luka robekan jalan lahir dan
kemungkinan infeksi intrauterus. Pada kala III ini kondisi pasien sangat kotor
akibat pengeluaran air ketuban, darah, atau feses saat proses kelahiran janin.
Selama
plasenta lahir lengkap dan dipastikan tidak ada prndarahan, segera keringkan
bagian bawah pasien dari air ketuban dan darah. Pasang pengalas bokong yang
sekaligus berfungsi sebagai penampung darah (under pad). Jika memang
dipertimbangkan perlu untuk menampung darah yang keluar untuk kepentingan
perhitungan volume darah, maka pasang bengkok dibawah bokong pasien.
M. KEBUTUHAN IBU PADA KALA III
1.
Dukungan mental dari bidan dan
keluarga atau pendamping
2.
Penghargaan terhadap proses kelahiran
janin yang telah dilalui
3.
Informasi yang jelas mengenai
keadaan pasien sekarang dan tindakan apa yang akan dilakukan
4.
Penjelasan mengenai apa yang harus ia lakukan
untuk membantu mempercepat kelahiran plasenta, yaitu kapan saat meneran dan
posisi apa yang mendukung untuk pelepasan dan kelahiran plasenta.
5.
Bebas dari rasa risih akibat bagian
bawah yang basah oleh darah dan air ketuban
6.
Hidrasi
N.
PENDOKUMENTASIAN PADA KALA III
1.
Pengkajian
a.
Data Subjektif
Ø Pasien
mengatakan bahwa bayinya telah lahir
Ø Pasien mengatakan bahwa ia merasa mulas dan
ingin meneran
Ø Pasien
mengatakan bahwa plasenta belum lahir
b.
Data Objektif
Ø Jam bayi
lahir spontan
Ø Perdarahan
pervaginam
Ø TFU
Ø Kontraksi
uterus : intensitasnya (kuat, sedang, lemah atau tidak ada) selama 15 menit
pertama
2.
Interpretasi Data
Pastikan
bahwa saat ini pasien berada pada kala III beserta kondisi normalnya dan
mengkaji adanya diagnosis masalah atau tidak.
.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1. Kala
III merupakan tahap ketiga persalinan yang berlangsung sejak bayi lahir sampai
plasenta lahir.
2.
Persalinan kala tiga
dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput
ketuban
3.
Pada kala III, otot
uterus (miometrium) berkontraksi mengikuti penyusutan volume rongga uterus
setelah lahirnya bayi. Penyusutan ukuran ini menyebabkan berkurangnya ukuran
tempat perlekatan plasenta. Karena tempat perlekatan menjadi semkin kecil,
sedangkan ukuran plasenta tidak berubah maka pasenta akan terlipat, menebal dan
kemudian lepas dari dinding uterus. Setelah lepas, plasenta akan turun ke
bagian bawah uterus atau ke dalam vagina.
B.
Saran
DAETAR
PUSTAKA
1.
Ai Yeye Rukiyah dkk (2009). Asuhan Kebiodan II (Persalinan ). Jakarta :
Trans Info Media
2.
Saifudin, Abdul Bari. (2002). Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBPSP,
3.
Affandi, Biran, dkk, (2007), Asuhan Persalinan Normal, Asuhan Essensial
Persalinan (Edisi Revisi), Jakarta : Jaringan Nasional Pelatihan Klinik