Rabu, 29 Februari 2012

makalah keluarga sejaterah

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keluarga merupakan kesatuan terkecil dari masyarakat yang mengelola segala kebutuhan rumah tangga sendiri. Seiring dengan pesatnya perkembangan dan kemajuan dunia di segala bidang seperti politik, ekonomi, sosial, perindustrian, kenegaraan, kesenian, ilmu pengetahuan dan pendidikan menyebabkan timbulnya berbagai macam problema di lingkungan keluarga. Orang tua selaku kepala keluarga sibuk akan aktifitasnya sendiri. Seorang ayah dituntut agar bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Sejajar dengan itu kaum wanita atau ibu mempunyai tugas mencurahkan tenaga dan pikiran dalam membina rumah tangga serta mendidik anak-anaknya. Dengan adanya emansipasi, maka banyak wanita yang menyimpang dari perananya, bekerja diluar rumah tangga sehingga tugas mendidik anak-anaknya tidak bisa terpenuhi.

Di dalam keluarga yang sudah sedemikian seperti di era sekarang ini, keluarga yang akrab dan kecil hanya berfungsi mengembangkan keturunan dan membina rumah tangga dalam suasana yang sangat sederhana. Fungsi inilah yang tetap dipegang oleh keluarga di zaman sekarang ini. Keluarga atau orang tua tidak mungkin mampu mendidik anak mereka di bidang akhlak dan ilmu pengetahuan yang diperlukan untuk bekal hidupnya di masa depan.

Alam sekitar yang terdiri dari manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan adalah merupakan lingkungan yang sangat erat hubungannya dengan kehidupan manusia. Segala perilaku dan perbuatan manusia tidak lepas dari pengaruh lingkungan, bahkan merupakan faktor penting dalam menentukan kepribadian manusia. Sebagaimana dikatakan oleh John Locke dalam aliran empirisme bahwa “Perkembangan anak menjadi dewasa itu sangat dipengaruhi oleh lingkungan atau pengalaman yang diperoleh sejak kecil”.[1] Dia memandang bahwa anak yang dilahirkan itu ibarat kertas putih yang bersih dan masih kosong belum terisi tulisan apapun.

Keluarga mempunyai peranan penting dalam pembentukan pribadi anak. Hal ini sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor terutama lingkungan keluarga. Keluarga yang harmonis dan agamis dapat menunjang keberhasilan pribadi anak sehingga dapat memiliki akhlak mulia. Tugas keluarga yang berat ini tidak bisa ditanggung sendiri, tetapi harus dibantu oleh pihak lainyakni sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. Sekolah berkewajiban membantu keluarga dalam mendidik anak-anak dan melanjutkan pendidikan yang telah diberikan oleh orang tua di rumah. Berhasil baik atau tidaknya pendidikan disekolah dipengaruhi oleh pendidikan dalam keluarga, karena pendidikan keluarga merupakan fondamen dalam membentuk akhlak anak sebagai bekal utama untuk melanjutkan pendidikan di sekolah maupun di masyarakat.

B. Rumusan Masalah

Fakor apa yang menyebakan Berdasarkan uraian di atas maka dalam bentuk makalah ini kami mencoba mengangkat satu masalah :

1. Bagaimana peran lingkungan keluarga dalam mengantisipasi kenakalan remaja dimasa perkembangan anak ?

2. Faktor apa yang menyebapkan sehingga terbentuknya suatu kenakalan remaja di masyarakat?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dalam penulian makalah ini adalah :

1. Untuk mengetahui Bagaimana peran lingkungan keluarga dalam mengantisipasi kenakalan remaja dimasa perkembangan anak ?

2. Untuk mengetahui factor-faktor apa saja yang menyebapkan sehingga terbentuknya kenakalan remaja di masyaraka?

D. Sudut Padang Pendekatan

Sudut pandang yang kami gunakan dalam pembuatan mekalah ini yaitu sudut pandang secara sosiologis dan psikologis yaitu peranan keluarga dalam lingkungan keluarga dan sikap para anak remaja.

E. Kerangka Pikir

Dalam pembuatan makalah ini kami menggunakan pola paragraf dari umum ke khusus, dengan alasan agar pembaca merasa bingung dalam membaca karena dalam membaca dimulai dari hal-hal yang ringan dulu baru meningkat ke hal-hal yang lebih kompleks.

BAB II PEMBAHASAN

Ø Keluraga

Keluarga merupakan lembaga social yang mempunyai tugas dalam proses kebudyaan terutama pada generasi muda yang menjadi anak keturunanya. Proses pembentukan kebudaya baru pada masyarakat sangat terantung pada keluarga , terutama melalui proses sosialisasi anak-anak e masa dewasa . kelurga merupakan kelomok primer yang pertama dikenal seorang anak . ketika anak suda cukup umur untuk memasuki kelompok primer lain di lur kelurga pondasi dasar kepribadianya mudah di arahkan dan di bentuk .

Dalam kehidupan social tentu saja kelurga tidak terlepas dari kondisi-kondisi yang ada dalam mayarakat, baik norma maupun nilai-nilai yang berlaku . sebapnya nilai dan norma itu dapat berpengaruh tehadap tindakan yang akan dijalankan oleh keluarga. Misalnya aturan perkawinan yang harus sesuai adat istadat dan kebiasaan masyarakat di tempat tinggalnya. Jadi keluarga eksponen dari kebudayaan masyarakat dan prantara pertama dalam transmisi kebudayaan, masyarakat berbicara melalui mulut orag tua dan masyarakat bertindak melalui orang tua .

Ø Pengertian Remaja

Remaja dalam bahasa Latin adalah adolescence, yang artinya “tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan”. Istilah adolescence sesungguhnya mempunyai arti yang luas, mencakup kematangan mental,emosional, social, dan fisik (Hurlock, 1991). Pandangan ini didukung oleh Piaget (Hurlock, 1991) yang mangatakan bahwa secara psikologis remaja adalah suatu usia dimana individu menjadi terintegrasi ke dalam masyarakat dewasa, suatu usia dimana anak tidak merasa bahwa dirinya berada di bawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa sammea, atau paling tidak sejajar. Memasuki masyarakat dewasa ini mengandung banyak aspek afektif, lebih atau kurang dari usia pubertas.

Masa remaja adalah waktu meningkatnya perbedaan di antara anak muda mayoritas, yang diarahkan untuk mengisi masa dewasa dan menjadikannya produktif, dan minoritas yang akan berhadapan dengan masalah besar. Masa remaja, menurut Mappiare (1982), berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Rentang usia remaja ini dapat di bagi menjadi dua bagian, yaitu usia 12 atau 13 tahun sampai dengan 17 atau 18 tahun adalah masa remaja awal dan usia 17 atau 18 sampai dengan 21 atau 22 tahun adalah masa remaja akhir.

Remaja sebenarnya tidak memiliki tempat yang jelas. Mereka sudah tidak termasuk golongan anak-anak, tetapi belum juga dapat diterima secara penuh untuk masuk ke golongan orang dewasa. Remaja berada di antara anak dan orang dewasa. Oleh karena itu remaja seringkali dikenal dengan fase “mencari jati diri” atau fase “topan dan badai”. Remaja masih belum mampu menguasai dan memfungsikan secara maksimal fungsi fisik maupun psikisnya. Namun fase remaja merupakan fase perkembangan yang berada pada masa amat potensial, baik dilihat dari aspek kognitif, emosi maupun fisik (Monks dkk; 1989).

Dari seluruh definisi remaja yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa remaja termasuk dalam kategori usia 12 tahun sampai 22 tahun, berada pada masa transisi antara masa ana

Ø Faktor-Faktor Pembentuk Kepribadian

Salah satu faktor besar yang turut mempengaruhi corak kepribadian seorang individu yaitu faktor lingkungan :

1. Lingkungan keluarga

Yang di maksud keluarga adalah suatu kesatuan social yng terkecil yang beranggotakan ayah, ibu, dan anak-anak, tiap keluarga mempunyai situasi dan kondisi yang berbeda-beda . lingungan keluarga merupakan lingkunan yang sangat vundamental dalam menampung berbagai kegiatan individu ketika masa anak-anak. Proses pendidikan budi pekerti di dalam keluarga sangat evektif untuk proses pembentukan nilai-nilai sentral yan selanjutnya menjadi fondasi pembentukan kepribadian sesorang.

2. Lingkungan pergaulan

Lingkungan pergaulan berbeda di lingkungan masyarakat setempat dan mempunyai usia yang relative sebaya. Yang dimaksud dengan lingkungan prgaulan adalah lingkungan dimana seorang individu secara evektif menghabiskan waktunya pada lingkungan tersebut . lingkungan ini dapat berupaa teman sepermainan , lingkungan setempat maupun lingkungan tempat tinggal . pada lingkungan sepermainan pada umumnya individu bergaul pada orang lain yang sebaya. Dengan demikian , belum ada pihak yang menjadi pengendali ataupun pengontrol terhadap perilaku-perilaku yang negative , untuk itu lingkungan pergaulan perlu mendapat perhatian dan pengawasan dari orang tua agar ada fungsi pengendalian terhadap perilaku-perilaku yang menyimpang. Apa bila hal ini tidak di lakukan , sesungguhnya lingkungan pergaulan justru mengakibatkan bakat-bakat negative tumbuh subur tumbuh dan berkembang yang pada giliranya akan mewarnai tipe-tipe kepribadian yang tidak diinginkan.

Ø Faktor-faktor yang Mempengaruhi timbulnya Periaku Menyimpang

Kenakalan remaja dapat ditimbulkan oleh beberapa hal, sebagian di antaranya adalah:

  1. Pengaruh kawan sepermainan

Di kalangan remaja, memiliki banyak kawan adalah merupakan satu bentuk prestasi tersendiri. Makin banyak kawan, makin tinggi nilai mereka di mata teman-temannya. Apalagi mereka dapat memiliki teman dari kalangan terbatas. Misalnya, anak orang yang paling kaya di kota itu, anak pejabat pemerintah setempat bahkan mungkin pusat atau pun anak orang terpandang lainnya. Di jaman sekarang, pengaruh kawan bermain ini bukan hanya membanggakan si remaja saja tetapi bahkan juga pada orangtuanya. Orangtua juga senang dan bangga kalau anaknya mempunyai teman bergaul dari kalangan tertentu tersebut. Padahal, kebanggaan ini adalah semu sifatnya. Malah kalau tidak dapat dikendalikan, pergaulan itu akan menimbulkan kekecewaan nantinya. Sebab kawan dari kalangan tertentu pasti juga mempunyai gaya hidup yang tertentu pula. Apabila si anak akan berusaha mengikuti tetapi tidak mempunyai modal ataupun orangtua tidak mampu memenuhinya maka anak akan menjadi frustrasi. Apabila timbul frustrasi, maka remaja kemudian akan melarikan rasa kekecewaannya itu pada narkotik, obat terlarang, dan lain sebagainya.Pengaruh kawan ini memang cukup besar. Dalam Mangala Sutta, Sang Buddha bersabda: “Tak bergaul dengan orang tak bijaksana, bergaul dengan mereka yang bijaksana, itulah Berkah Utama”. Pengaruh kawan sering diumpamakan sebagai segumpal daging busuk apabila dibungkus dengan selembar daun maka daun itupun akan berbau busuk. Sedangkan bila sebatang kayu cendana dibungkus dengan selembar kertas, kertas itu pun akan wangi baunya. Perumpamaan ini menunjukkan sedemikian besarnya pengaruh pergaulan dalam membentuk watak dan kepribadian seseorang ketika remaja, khususnya. Oleh karena itu, orangtua para remaja hendaknya berhati-hati dan bijaksana dalam memberikan kesempatan anaknya bergaul. Jangan biarkan anak bergaul dengan kawan-kawan yang tidak benar. Memiliki teman bergaul yang tidak sesuai, anak di kemudian hari akan banyak menimbulkan masalah bagi orangtuanya.

Untuk menghindari masalah yang akan timbul akibat pergaulan, selain mengarahkan untuk mempunyai teman bergaul yang sesuai, orangtua hendaknya juga memberikan kesibukan dan mempercayakan sebagian tanggung jawab rumah tangga kepada si remaja. Pemberian tanggung jawab ini hendaknya tidak dengan pemaksaan maupun mengada-ada. Berilah pengertian yang jelas dahulu, sekaligus berilah teladan pula. Sebab dengan memberikan tanggung jawab dalam rumah akan dapat mengurangi waktu anak ‘kluyuran’ tidak karuan dan sekaligus dapat melatih anak mengetahui tugas dan kewajiban serta tanggung jawab dalam rumah tangga. Mereka dilatih untuk disiplin serta mampu memecahkan masalah sehari-hari. Mereka dididik untuk mandiri. Selain itu, berilah pengarahan kepada mereka tentang batasan teman yang baik.

Dalam Digha Nikaya III, 188, Sang Buddha memberikan petunjuk tentang kriteria teman baik yaitu mereka yang memberikan perlindungan apabila kita kurang hati-hati, menjaga barang-barang dan harta kita apabila kita lengah, memberikan perlindungan apabila kita berada dalam bahaya, tidak pergi meninggalkan kita apabila kita sedang dalam bahaya dan kesulitan, dan membantu sanak keluarga kita.

Sebaliknya, dalam Digha Nikaya III, 182 diterangkan pula kriteria teman yang tidak baik. Mereka adalah teman yang akan mendorong seseorang untuk menjadi penjudi, orang yang tidak bermoral, pemabuk, penipu, dan pelanggar hukum.

  1. Pendidikan

Memberikan pendidikan yang sesuai adalah merupakan salah satu tugas orangtua kepada anak seperti yang telah diterangkan oleh Sang Buddha dalam Digha Nikaya III, 188. Agar anak dapat memperoleh pendidikan yang sesuai, pilihkanlah sekolah yang bermutu. Selain itu, perlu dipikirkan pula latar belakang agama pengelola sekolah. Hal ini penting untuk menjaga agar pendidikan Agama Buddha yang telah diperoleh anak di rumah tidak kacau dengan agama yang diajarkan di sekolah. Berilah pengertian yang benar tentang adanya beberapa agama di dunia. Berilah pengertian yang baik dan bebas dari kebencian tentang alasan orangtua memilih agama Buddha serta alasan seorang anak harus mengikuti agama orangtua, Agama Buddha.Ketika anak telah berusia 17 tahun atau 18 tahun yang merupakan akhir masa remaja, anak mulai akan memilih perguruan tinggi. Orangtua hendaknya membantu memberikan pengarahan agar masa depan si anak berbahagia. Arahkanlah agar anak memilih jurusan sesuai dengan kesenangan dan bakat anak, bukan semata-mata karena kesenangan orang tua. Masih sering terjadi dalam masyarakat, orangtua yang memaksakan kehendaknya agar di masa depan anaknya memilih profesi tertentu yang sesuai dengan keinginan orangtua. Pemaksaan ini tidak jarang justru akan berakhir dengan kekecewaan. Sebab, meski memang ada sebagian anak yang berhasil mengikuti kehendak orangtuanya tersebut, tetapi tidak sedikit pula yang kurang berhasil dan kemudian menjadi kecewa, frustrasi dan akhirnya tidak ingin bersekolah sama sekali. Mereka malah pergi bersama dengan kawan-kawannya, bersenang-senang tanpa mengenal waktu bahkan mungkin kemudian menjadi salah satu pengguna obat-obat terlarang.

Anak pasti juga mempunyai hobi tertentu. Seperti yang telah disinggung di atas, biarkanlah anak memilih jurusan sekolah yang sesuai dengan kesenangan ataupun bakat dan hobi si anak. Tetapi bila anak tersebut tidak ingin bersekolah yang sesuai dengan hobinya, maka berilah pengertian kepadanya bahwa tugas utamanya adalah bersekolah sesuai dengan pilihannya, sedangkan hobi adalah kegiatan sampingan yang boleh dilakukan bila tugas utama telah selesai dikerjakan.

  1. Penggunaan Waktu Luang

Kegiatan di masa remaja sering hanya berkisar pada kegiatan sekolah dan seputar usaha menyelesaikan urusan di rumah, selain itu mereka bebas, tidak ada kegiatan. Apabila waktu luang tanpa kegiatan ini terlalu banyak, pada si remaja akan timbul gagasan untuk mengisi waktu luangnya dengan berbagai bentuk kegiatan. Apabila si remaja melakukan kegiatan yang positif, hal ini tidak akan menimbulkan masalah. Namun, jika ia melakukan kegiatan yang negatif maka lingkungan dapat terganggu. Seringkali perbuatan negatif ini hanya terdorong rasa iseng saja. Tindakan iseng ini selain untuk mengisi waktu juga tidak jarang dipergunakan para remaja untuk menarik perhatian lingkungannya. Perhatian yang diharapkan dapat berasal dari orangtuanya maupun kawan sepermainannya. Celakanya, kawan sebaya sering menganggap iseng berbahaya adalah salah satu bentuk pamer sifat jagoan yang sangat membanggakan. Misalnya, ngebut tanpa lampu dimalam hari, mencuri, merusak, minum minuman keras, obat bius, dan sebagainya.Munculnya kegiatan iseng tersebut selain atas inisiatif si remaja sendiri, sering pula karena dorongan teman sepergaulan yang kurang sesuai. Sebab dalam masyarakat, pada umunya apabila seseorang tidak mengikuti gaya hidup anggota kelompoknya maka ia akan dijauhi oleh lingkungannya. Tindakan pengasingan ini jelas tidak mengenakkan hati si remaja, akhirnya mereka terpaksa mengikuti tindakan kawan-kawannya. Akhirnya ia terjerumus. Tersesat.

Oleh karena itu, orangtua hendaknya memberikan pengarahan yang berdasarkan cinta kasih bahwa sikap iseng negatif seperti itu akan merugikan dirinya sendiri, orangtua, maupun lingkungannya. Dalam memberikan pengarahan, orangtua hendaknya hanya membatasi keisengan mereka. Jangan terlalu ikut campur dengan urusan remaja. Ada kemungkinan, keisengan remaja adalah semacam ‘refreshing’ atas kejenuhannya dengan urusan tugas-tugas sekolah. Dan apabila anak senang berkelahi, orangtua dapat memberikan penyaluran dengan mengikutkannya pada satu kelompok olahraga beladiri.

Mengisi waktu luang selain diserahkan kepada kebijaksanaan remaja, ada baiknya pula orangtua ikut memikirkannya pula. Orangtua hendaknya jangan hanya tersita oleh kesibukan sehari-hari. Orangtua hendaknya tidak hanya memenuhi kebutuhan materi remaja saja. Orangtua hendaknya juga memperhatikan perkembangan batinnya. Remaja, selain membutuhkan materi, sebenarnya juga membutuhkan perhatian dan kasih sayang. Oleh karena itu, waktu luang yang dimiliki remaja dapat diisi dengan kegiatan keluarga sekaligus sebagai sarana rekreasi. Kegiatan keluarga ini hendaknya dapat diikuti oleh seluruh anggota keluarga. Kegiatan keluarga dapat berupa pembacaan Paritta bersama di Cetiya dalam rumah ataupun melakukan berbagai bentuk permainan bersama, misalnya scrabble, monopoli, dan lain sebagainya. Kegiatan keluarga dapat pula berupa tukar pikiran dan berbicara dari hati ke hati. Misalnya, dengan makan malam bersama atau duduk santai di ruang keluarga. Pada hari Minggu seluruh anggota keluarga dapat diajak kebaktian di Vihãra setempat. Mengikuti kebaktian, selain memperbaiki pola pikir agar lebih positif sesuai dengan Buddha Dhamma juga dapat menjadi sarana rekreasi. Hal ini dapat terjadi karena di Vihãra kita dapat berjumpa dengan banyak teman dan juga dapat berdiskusi Dhamma dengan para Bhikkhu maupun pandita yang dijumpai. Selain itu, dihari libur, seluruh anggota keluarga dapat bersama-sama pergi berenang, jalan-jalan ke taman ria atau mal, dan lain sebagainya.

  1. Uang Saku

Orangtua hendaknya memberikan teladan untuk menanamkan pengertian bahwa uang hanya dapat diperoleh dengan kerja dan keringat. Remaja hendaknya dididik agar dapat menghargai nilai uang. Mereka dilatih agar mempunyai sifat tidak suka memboroskan uang tetapi juga tidak terlalu kikir. Anak diajarkan hidup dengan bijaksana dalam mempergunakan uang dengan selalu menggunakan prinsip hidup ‘Jalan tengah’ seperti yang diajarkan oleh Sang Buddha.Ajarkan pula anak untuk mempunyai kebiasaan menabung sebagian dari uang sakunya. Menabung bukanlah pengembangan watak kikir, melainkan sebagai bentuk menghargai uang yang didapat dengan kerja dan semangat.

Pemberian uang saku kepada remaja memang tidak dapat dihindarkan. Namun, sebaiknya uang saku diberikan dengan dasar kebijaksanaan. Jangan berlebihan. Uang saku yang diberikan dengan tidak bijaksana akan dapat menimbulkan masalah. Yaitu:

1. Anak menjadi boros

2. Anak tidak menghargai uang, dan

3. Anak malas belajar, sebab mereka pikir tanpa kepandaian pun uang gampang.

  1. Perilaku Sosial

Pada saat ini, kebebasan bergaul sudah sampai pada tingkat yang menguatirkan. Para remaja dengan bebas dapat bergaul antar jenis. Tidak jarang dijumpai pemandangan di tempat-tempat umum, para remaja saling berangkulan mesra tanpa memperdulikan masyarakat sekitarnya. Mereka sudah mengenal istilah pacaran sejak awal masa remaja. Pacar, bagi mereka, merupakan salah satu bentuk gengsi yang membanggakan. Akibatnya, di kalangan remaja kemudian terjadi persaingan untuk mendapatkan pacar. Pengertian pacaran dalam era globalisasi informasi ini sudah sangat berbeda dengan pengertian pacaran 15 tahun yang lalu. Akibatnya, di jaman ini banyak remaja yang putus sekolah karena hamil. Oleh karena itu, dalam masa pacaran, anak hendaknya diberi pengarahan tentang idealisme dan kenyataan. Anak hendaknya ditumbuhkan kesadaran bahwa kenyataan sering tidak seperti harapan kita, sebaliknya harapan tidak selalu menjadi kenyataan. Demikian pula dengan pacaran. Keindahan dan kehangatan masa pacaran sesungguhnya tidak akan terus berlangsung selamanya.Dalam memberikan pengarahan dan pengawasan terhadap remaja yang sedang jatuh cinta, orangtua hendaknya bersikap seimbang, seimbang antar pengawasan dengan kebebasan. Semakin muda usia anak, semakin ketat pengawasan yang diberikan tetapi anak harus banyak diberi pengertian agar mereka tidak ketakutan dengan orangtua yang dapat menyebabkan mereka berpacaran dengan sembunyi-sembunyi. Apabila usia makin meningkat, orangtua dapat memberi lebih banyak kebebasan kepada anak. Namun, tetap harus dijaga agar mereka tidak salah jalan. Menyesali kesalahan yang telah dilakukan sesungguhnya kurang bermanfaat.

Penyelesaian masalah dalam pacaran membutuhkan kerja sama orangtua dengan anak. Misalnya, ketika orangtua tidak setuju dengan pacar pilihan si anak. Ketidaksetujuan ini hendaknya diutarakan dengan bijaksana. Jangan hanya dengan kekerasan dan kekuasaan. Berilah pengertian sebaik-baiknya. Bila tidak berhasil, gunakanlah pihak ketiga untuk menengahinya. Hal yang paling penting di sini adalah adanya komunikasi dua arah antara orangtua dan anak. Orangtua hendaknya menjadi sahabat anak. Orangtua hendaknya selalu menjalin dan menjaga komunikasi dua arah dengan sebaik-baiknya sehingga anak tidak merasa takut menyampaikan masalahnya kepada orangtua.

Dalam menghadapi masalah pergaulan bebas antar jenis di masa kini, orangtua hendaknya memberikan bimbingan pendidikan seksual secara terbuka, sabar, dan bijaksana kepada para remaja. Remaja hendaknya diberi pengarahan tentang kematangan seksual serta segala akibat baik dan buruk dari adanya kematangan seksual. Orangtua hendaknya memberikan teladan dalam menekankan bimbingan serta pelaksanaan latihan kemoralan yang sesuai dengan Buddha Dhamma. Sang Buddha telah memberikan pedoman untuk bergaul yang tentunya juga sesuai untuk pegangan hidup para remaja. Mereka hendaknya dididik selalu ingat dan melaksanakan Pancasila Buddhis. Pancasila Buddhis atau lima latihan kemoralan ini adalah latihan untuk menghindari pembunuhan, pencurian, pelanggaran kesusilaan, kebohongan, dan mabuk-mabukan. Dengan memiliki latihan kemoralan yang kuat, remaja akan lebih mudah menentukan sikap dalam bergaul. Mereka akan mempunyai pedoman yang jelas tentang perbuatan yang boleh dilakukan dan perbuatan yang tidak boleh dikerjakan. Dengan demikian, mereka akan menghindari perbuatan yang tidak boleh dilakukan dan melaksanakan perbuatan yang harus dilakukan.

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Jadi Keluarga merupakan sarana awal didalam perkembangan sifat suatu individu dimana didalam keluarga sendiri individu tersebut akan belajar secara alamiah mengenai hal-hal yang ada disekitar. Perlu adanya suatu kegiatan dalam mengelola keluarga agar terjalin keharmonisan dan keselarasan diantara individu, oleh karena itu perlu adanya suatu organisasi dalam keluarga. Semua individu yang berada didalam keluarga memiliki perannya masing-masing untuk tercapainya keharmonisan serta keselarasan, mulai dari Ayah sebagai pemimpin keluarga, ibu sebagai pembina rumah tangga, dan anak-anak sebagai anggota-anggotanya dalam organisasi di keluarga. Perlu adanya komunikasi yang terjalin untuk menyatukan individu-individu dalam hal menjaga setiap invidu agar tidak terjadi kesalah pahaman antar individu.

Mula-mula ayah, peran seorang ayah sebagai seorang pemimpin disini ayah bertugas untuk menentukan tugas dari masing-masing individu didalam keluarga, mulai dari tugas untuk ibu dan anak-anak mereka. Seorang ayah harus bersikap tegas dalam hal memilih serta menentukan kebijakannya, karena salah sedikit dalam memilih dan menentukan akan mengakibatkan perubahan yang sangat drastis dalam pembentukan sikap terhadap anak-anak. Sebagai seorang pemimpin pada umumnya, ayah harus bertanggung jawab atas apa yang dilakukan para anggota keluarga. Menjadi seorang pemimpin bagi ayah merupakan suatu kewajiban.

Selanjutnya, peran ibu sebagai pembina rumah tangga maksudnya adalah pengganti ayah ketika ayah sedang mencari nafkah unutk keluarga. Ibu disini memegang peran penting dalam membentuk sikap anak-anak, dimana ibu harus memberikan pelajaran serta contoh-contoh yang baik dalam masa pertumbuhan anak-anak. Selain itu, seourang ibu harus pintar dalam mengelola keuangan keluarga agar arus kas uang dapat terkontrol. Sebagai seorang pembina rumah tangga naluri seorang ibu sangatlah dibutuhkan untuk membantu perkembangan anak-anak.

Yang terakhir yaitu anak. Anak disini sebagai anggota dari keluarga, tugasnya adalah menjalankan apa yang telah ayah serta ibu perintahkan. Sebagai seorang anak, mereka harus patuh terhadap ayah dan ibu. Setiap individu didalam keluarga harus saling pengertian dan tenggang rasa sehingga tidak terjadi konflik didalam keluarga. Pada intinya yang terpenting dalam keluarga adalah komunikasi yang terjalin dan sikap saling terbuka kepada setiap individu sehingga akan terciptanya keharmonisan dan keselarasan didalam keluarga

Saran-saran

Dari hasil pembahasan diatas, dapat dilakukan beberapa tindakan untuk mencegah terjadinya perilaku menyimpang : 1. Peran orang tua tehadap anak perlu adanya komunikasi dalam mengontrol masa perkembanan anak 2. Haruslah orang tua menjadi tempat curhatan dan sebagai sahabat ketika mereka mengalami suatu masalah di lingkungan pergaulanya 3. Jadikanlah keluarga menjadi teman yang pertama buat diri anak 4. Dan Masyarakat perlu mengadakan sosialisasi tentang bahaya yang dapat menimbulkan terjadinya kenakalan remaja agar mereka menjadi terarahkan .

DAFTAR PUSTAKA

Sumber: http://id.shvoong.com/social-sciences/counseling/2204202-pengertian-remaja/#ixzz1iYOfYZxG

didown load 7/15/04. 6. http://www.google= peran keluarga dalam perkembangan anak.com

P. Mardi santoso/A.M.Nuchajatie pengantar sosiologi untuk SMA jilid 1, literature media sukses. Jl madrasah No. 38, Pekayon. Pasar Rebo, Jaarta Timur

MAKALAH

Oleh

YAKUB

B 201 09 032

JURUSAN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS TADULAKO

2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar